Turki
‘Seiring berjalannya waktu, kami saling mengenal’
Diyarbakir, Turki Ketika Sultan Tümerdem mendekati usia 60 tahun, dia mengatakan bahwa dirinya “sangat bahagia” dengan hidupnya, suaminya dan dua putra. Sebagai seorang ibu rumah tangga di kota Diyarbakir, Turki, dia ingat dia merasa “sangat hancur” ketika dipaksa meninggalkan bangku sekolah untuk menikah. Dia masih sangat muda saat menikah, katanya, sehingga rasanya dia, suaminya, dan putra-putra mereka tumbuh dewasa bersama.
Transkrip:
Saya dipaksa menikah. Saya tidak tahu apa-apa saat itu. Saya masih kecil.
Mereka membawa saya pergi, dan saya pikir saya akan kembali ke rumah. Tapi tidak, mereka tidak membawa saya kembali.
Saya menikah, lalu setahun kemudian, saya melahirkan seorang putra.
Rasanya menyenangkan. Entahlah. (Saat itu) Saya juga masih anak-anak.
Kami tumbuh dewasa bersama-sama dengan anak saya.
Sebelum menikah dengannya, saya belum pernah bertemu suami saya. Saya tidak kenal dia. Seiring berjalannya waktu, kami saling mengenal.
Saya sangat senang sekarang, syukurlah. Saya punya dua putra. Mereka tinggal di tempat yang bagus. Saya kini tinggal berdua bersama suami saya.
Mereka (anak-anak saya) tidak boleh menikah muda karena dalam pernikahan dini, orang merasa remuk redam saat menikah terlalu muda.
Karena kamu tidak tahu apa-apa. Saya tidak sekolah, dan karenanya hati saya semakin hancur.
Kaum muda sekarang sangat cerdas dan punya banyak pengetahuan. Pada usia tertentu, setelah saling bertemu dan bergaul dengan baik, (kemudian) mereka menikah. Ini hal yang sangat bagus.
Pesan saya kepada kaum muda. Biarkan mereka hidup bahagia. Hidup ini terlalu singkat.”
Perspektif global
10% | 20% | 30% | 40% | 50% | 60% |