Meksiko

‘Saya katakan ya! Saya tahu saya ingin bersamanya’

Estrella sedang duduk di kelas enam SD saat Hendrin mendesaknya untuk hidup bersama karena cintanya yang mengebu-gebu.

“Saya merasa ragu karena masih sekolah” katanya. “Namun karena saya sangat mencintainya, jadi saya mengatakan iya. Saya tahu saya ingin hidup bersamanya.”

Pada tanggal 25 Agustus 2018, walau orang tua kedua belah pihak merasa keberatan, Estrella Belen Estrada Rodriguez menikah dengan Hendrin Gonzalez Melchor dan tinggal di peternakan kecil milik keluarga Melchor di sebuah kawasan miskin di negara bagian Chiapas. Estrella berusia 13 tahun, Hendrin berusia 15 tahun.

“Semoga dengan kehendak Tuhan, anak perempuan saya akan baik-baik saja,” kata Maria Eugenia Rodriguez Valbuena, yang memiliki kekhawatiran yang sama dengan suaminya. Ia memegang erat tangan Estrella di sela-sela istirahat saat menjahit baju pengantin putrinya beberapa hari sebelum menikah.

Dalam Angka

Meksiko

26%4%
Menikah pada umur 18Menikah pada umur 15

Tidak ada kemajuan dalam mengurangi prevalensi pernikahan anak di Meksiko dalam tiga dekade terakhir, menurut UNICEF. Tren serupa juga bisa ditemukan di Amerika Latin dan Karibia, yang tidak seperti di kawasan-kawasan lain di dunia, tingkat perkawinan anak masih stagnan.

Perbandingan regionalMenikah
pada umur 18
Nikaragua35%
Honduras34%
Guatemala30%
El Salvador26%
Panama26%
Meksiko26%
Belize26%
Kosta Rika21%

Pilih satu negara untuk melihat perbandingannya dengan negara lain di kawasan tersebut.

Pernikahan Estrella dan Hendrin merupakan gambaran sepintas perkawinan anak di Amerika Latin dan Karibia, kawasan satu-satunya di dunia di mana jumlah perkawinan dini meningkat, walau kecil, menurut Girls Not Brides, koalisi global yang menentang praktik tersebut.

Pernikahan sebelum usia 18 diakibatkan oleh faktor-faktor yang sama di berbagai negara. Pernikahan dini umumnya terjadi pada anak perempuan yang memiliki akses terbatas terhadap pendidikan, berasal dari keluarga berpenghasilan rendah dan tinggal di pedesaan yang miskin, menurut UNICEF. Penelitian mengindikasikan bahwa menghentikan pernikahan dini dapat meningkatkan standar hidup anak perempuan dan keluarganya serta memperbaiki kesejahteraan suatu negara.

Meksiko melarang pernikahan sebelum usia 18 tahun

Pada awal Juni, pemerintah Meksiko mengumumkan larangan pernikahan sebelum usia 18 dan membatalkan banyak undang-undang negara bagian lain yang mengijinkan perkawinan anak laki-laki berusia minimal 16 tahun dan anak perempuan minimal 14 tahun asalkan dengan persetujuan orangtua.

Meksiko ikut bergabung dengan sebagian besar negara Amerika Latin lainnya dalam menetapkan usia yang diperbolehkan untuk menikah, yaitu 18 tahun, menurut Girls Not Brides. Beberapa negara, khususnya di Karibia, belum menetapkan batas usia minimum untuk menikah. Ana Lucia Cabrera, seorang spesialis advokasi untuk operasi Save the Children di Amerika Latin, keberatan dengan hal tersebut, bahwa dengan persetujuan orangtua, pihak orangtua menyerahkan tanggung jawab kesejahteraan anaknya yang masih di bawah umur kepada orang lain di luar keluarganya. Dalam banyak kasus, ini diserahkan ke kepada pria lebih tua yang mungkin kurang memperhatikan kesejahteraan anak perempuan itu.

Di Meksiko, kira-kira 1 dari 4 anak perempuan menikah atau tinggal bersama pasangannya pada usia 18 tahun, menurut laporan UNICEF. Praktik ini bahkan lebih umum dilakukan di komunitas penduduk asli Meksiko seperti Chiapa de Corzo, di mana afiliasi VOA, Azteca News menemui Estrella dan Hendrin. Di daerah seperti ini, hampir 1 dari 3 anak perempuan menikah pada usia muda.

Jumlah pasangan di bawah umur yang hidup bersama tanpa ikatan pernikahan hampir tiga kali lipat jumlah pernikahan di Amerika Latin. Di Meksiko saja, 4 dari 5 pasangan di bawah umur hidup bersama tanpa ikatan pernikahan, menurut laporan Girls Not Brides, yang mengutip data INSAD, perusahaan riset kesehatan dan demografi Meksiko. Laporan itu mengatakan kehamilan remaja menjadi penyebab utama dalam setengah jumlah pernikahan dini.

Ikatan dini menghambat sekolah

Hanya 1 dari 10 anak perempuan (92%) di Meksiko, yang menikah atau hidup bersama tanpa ikatan perkawinan, kembali meneruskan pendidikannya, menurut INSAD. Tanggungjawab terhadap pekerjaan rumah tangga atau kehamilan seringkali menjadi penghambat mereka kembali ke bangku sekolah. Anak perempuan yang sudah menikah dan ingin meneruskan pendidikannya memiliki kemungkinan menghadapi diskriminasi dan isolasi, terutama jika mereka terlihat hamil.

Administrator sekolah mengirim pesan secara halus atau langsung yang mengatakan, “kami tidak ingin kau berada di sini karena kau merupakan contoh buruk bagi seluruh teman-teman sebaya” kata Eugenia Lopez Uribe, pejabat senior Girls Not Brides di Amerika Latin.

Di dekat Chiapa de Corzo, Estrella sudah mengalihkan fokusnya dari mengerjakan tugas sekolah menjadi mendalami pekerjaan rumah tangga. Di bawah pengarahan ibu mertuanya, ia belajar untuk membuat sarapan telur bagi suaminya, mencuci baju dan membersihkan rumah sementara Hendrin, suaminya, belajar merawat ternak dan mengerjakan pekerjaan di peternakan keluarganya. Hedrin juga putus sekolah.

“Sekarang, yah, saya harus merawat suami saya” Estrella menjelaskan dengan ceria. “Saya bangun lebih awal dan menyiapkan kopinya sebelum jam 5:40 atau 6 pagi. Setelah itu saya mulai membersihkan rumah, mencuci piring, membersihkan baju-bajunya, - semuanya, bukan?”

Foto Estrella memasak dengan ibu mertuanya.

Di bawah pengawasan ibu mertuanya, kiri, Estrella, yang menikah pada usia 13 tahun, belajar memasak. Dia bangun pagi agar kopi untuk suaminya siap pada jam 5:40 atau 6 pagi. (Foto oleh Ery Acuna Meneses untuk VOA News)

Orang tua khawatir

Orangtua Hendrin dan Estella tidak pernah membayangkan anak mereka menikah di usia yang masih muda.

Saat Hendrins mengutarakan rencana pernikahannya kepada ayahnya, ayahnya menariknya ke belakang rumah, memarahinya dan memukulnya.

Beberapa hari kemudian, sikap ayahnya melunak.

“Jika saya mengusir mereka, mereka mungkin akan mengikuti kebiasaan buruk seperti menjadi pencandu narkoba dan itu akan menjadi kesalahan saya” Corazon Gonzalez Ruiz menambahkan, “Saya akhirnya melakukan apa yang lebih baik yaitu memberi dukungan sebesar mungkin bagi mereka.”

Orang tua Estrella merasa bingung ketika ia meninggalkan rumah tanpa pesan.

“Sangat menyakitkan saya ketika ia pergi. Saya merasa sangat sedih,” ungkap Valbuena. “Namun kemudian kami mengetahui bahwa ia berada di sini bersama anak laki-laki itu.”

Valbuena mengatakan, suaminya juga merasa kecewa namun sedikit lega karena ibu Hendrin, Cora, adalah teman lamanya.

Foto Estrella dan suaminya, Hendrin, dikelilingi oleh orang tuanya.

Estrella dan suaminya, Hendrin, dikelilingi orang tuanya, yang awalnya tidak setuju atas pernikahan mereka. (Foto oleh Ery Acuna Meneses untuk VOA News)

Organisasi Amerika Serikat (OAS) menyerukan perubahan

Setelah menikah hampir setahun, Estrella dan Hendrin mengatakan bahwa mereka merasa bahagia dengan keadaan yang mereka jalani. Meski demikian, pemerintah nasional ingin mengurangi jumlah pernikahan anak seperti yang dilakukan Estrella dan Hendrin. Organisasi Negara-Negara Amerika (OAS) juga menyarankan ke-34 negara anggotanya untuk mendukung tujuan PBB dalam mencegah pernikahan anak.

Forum OAS pada tahun 2016 tentang masalah ini merekomendasikan perlunya membangun kesadaran, meningkatkan pengumpulan data, memperbarui undang-undang dan kebijakan publik – seperti larangan yang dikeluarkan pemerintah Meksiko – dan mengoordinasikan tanggapan pemerintah, akademik dan masyarakat sipil.

Anjuran dan undang-undang yang direvisi, tidaklah cukup, kata Lopez Uribe dari Girls Not Brides, yang ingin memperluas akses remaja perempuan terhadap pendidikan, kesehatan dan mendobrak hambatan sosial ekonomi.

Anak perempuan “membutuhkan prasarana dan sumber daya untuk membangun nilai dan potensi penuh mereka, “katanya.

Ery Acuña Meneses, wartawan TV Azteca, melaporkan dari Chiapa de Corzo, Meksiko. Lina Correa dari VOA siaran bahasa Spanyol melaporkan dari Washington, D.C.

Perspektif global

Persentase perempuan yang menikah sebelum umur 18
10% 20% 30% 40% 50% 60%
Peta

Amerika Serikat

6.2

Tingkat perempuan yang menikah sebelum umur 18 per 1.000 orang.

(That's about .6%
of 15- to 17-year-olds .)

Istilah ‘kawin anak’ mengacu pada perkawinan formal dan informal di mana seorang anak perempuan atau laki-laki tinggal bersama pasangannya seolah-olah menikah sebelum usia 18 tahun. ‘Perkawinan informal’ adalah perkawinan di mana suatu pasangan hidup bersama tanpa upacara sipil atau keagamaan secara resmi. Grafik kami berdasarkan informasi PBB. Sumber utama adalah sensus nasional dan survei rumah tangga, termasuk Survei Indikator Sosial atau Multiple Indicator Cluster Surveys (MICS) dan Survei Demografis dan Kesehatan atau Demographic and Health Surveys (DHS). Survei-survei ini mungkin mengandung kesalahan pada pengambilan sampel dan pengukuran data. Kami menggunakan angka perkawinan anak dan populasi PBB untuk memperkirakan berapa banyak perempuan di masing-masing negara yang menikah sebelum berusia 15 tahun dan sebelum berusia 18 tahun.

Sumber: “World Population Prospects: The 2017 Revision, DVD Edition”. The United Nations Department of Economic and Social Affairs, Population Division (2017)

“Child Marriage Database.” UNICEF (March 2018)