Beberapa Warga China, Khawatir dengan Kebijakan Xi, Memulai Hidup Baru di Ekuador

Mantan guru Bahasa Inggris dari China ini menyebut dirinya Milly. Pada 2019, ia tiba di Ekuador dan sekarang mengurusi imigran dari China.

“Saya pikir 80%, 90% orang-orang yang memilih meninggalkan China, melakukannya karena takut hidup di sana,” kata Milly.

Ketakutan itu tetap ada bagi mereka yang tinggal di luar China karena banyak dari mereka masih punya keluarga di sana. Itu sebabnya Milly hanya menggunakan nama depannya.

Ia telah membantu ratusan orang dari China pindah ke Ekuador … mulai dari yang kaya raya hingga kelas menengah.

Ia mengatakan ketidakpastian ekonomi dan politik adalah alasan utama orang China memilih pindah.

Banyak klien saya yang takut Renminbi mereka (mata uang China) tidak akan ada harganya, jadi mereka menukar semua RMB ke dolar dan menyimpannya di rumah,” kata Milly. “Beberapa dari mereka takut China akan kembali pada model ekonomi terencana. Khususnya bagi generasi yang pernah mengalami masa-masa gelap itu, mereka takut properti milik mereka akan disita. Mereka bilang, ‘Kita pikir properti kita adalah milik kita, tapi apakah benar seperti itu?’”

Persekusi politik adalah alasan lain kenapa beberapa orang China seperti Helen kabur ke Ekuador.

Helen, yang hanya memberi tahu nama depannya, tiba di Ekuador dengan visa turis pada 2019 dan sejak itu telah mengajukan aplikasi untuk menjadi penduduk tetap di sini.

“Saya merasa sudah berhasil kabur dari China. Kehidupan di sana terlalu menindas,” ujarnya.

Helen adalah orang China etnis Han, bagian dari mayoritas etnis China. Ia besar di Xinjiang, kampung halaman orang Uyghur, kelompok minoritas etnis Muslim.

Helen mengatakan ia merasa seperti tinggal di penjara, terutama teman-teman Uyghurnya.

“Sebagian besar laki-laki di sana harus masuk ke kamp re-edukasi, beberapa perempuan juga,” kata Helen. “Pemerintah juga bisa mengirim petugas untuk ‘tinggal denganmu’ … Ini jelas-jelas pengawasan — pengawasan di rumahmu sendiri.”

Dalam beberapa tahun terakhir, Beijing telah merestrukturisasi pemerintahnya agar lebih “efisien,” seperti yang dilaporkan media pemerintah China.

Kontrol yang semakin ketat yang dilakukan oleh pemimpin China Xi Jinping juga telah memaksa warga China yang tidak peduli politik meninggalkan negara itu.

Seorang pekerja bidang teknologi yang menggunakan nama Li Dong datang ke Ekuador pada 2019 dengan visa bakat khusus.

“Saya pikir pada tahun 1990an, rezim (China) sudah berada di jalur yang tepat,” kata Li. “Lalu datang Xi Jinping, yang membawa China mundur. Sebagian besar kebijakan dan tindakan kerasnya adalah untuk mempertahankan kekuatannya sendiri, dan ia mengubah China menjadi negara otoriter.”

Pemerintah Xi telah melakukan perubahan besar yang berdampak bagi bisnis dan kehidupan sehari-hari pada umumnya. Peraturan yang lebih ketat, termasuk undang-undang anti-monopoli, bertujuan memajukan “kemakmuran bersama,” kata Beijing. Media pemerintah China, People’s Daily, menulis perubahan ini bisa “meningkatkan daya beli orang-orang dengan memperluas pasar.”

Li pindah ke Ekuador sebelum perubahan ini terjadi.

“Kebanyakan orang ingin ke Amerika atau Kanada, tapi persyaratannya terlalu sulit,” kata Li. “Ekuador berbeda. Biaya hidup di sini murah dan masyarakatnya demokratis. Persyaratan imigrasi juga tidak sulit.”

Sejak Xi berkuasa di akhir 2012, sekitar 600.000 orang dari China berusaha mencari suaka di negara-negara lain, menurut PBB.

Pemerintah Beijing membatasi penerbitan paspor karena COVID-19, yang mungkin membatasi jumlah orang yang ingin meninggalkan negara itu.

“Saya pikir 80%, 90% orang-orang yang memilih meninggalkan China, melakukannya karena takut hidup di sana. ”

Milly, Micasa Grupo Partner, Ekuador

Kredit

PENULIS: Xiao YuVIDEOGRAFER DAN PRODUSER: Shih-Wei Chou Koordinator pasca produksi: Marcus Harton

Tentang laporan ini

Pada 2010-2020, Badan Pengungsi PBB melaporkan peningkatan konsisten jumlah pencari suaka dari China yang mencapai lebih dari 630.000 orang. Secara terpisah, jumlah pencari suaka dari Hong Kong meningkat drastis, dari 22 orang pada tahun 2018 menjadi 487 orang pada 2020, meskipun pandemi tengah berlangsung. Para pencari suaka hanya satu bagian dari kisah eksodus China, selain cara lain yang diambil warga China dan Hong Kong untuk emigrasi. Laporan ini mengkaji kenapa orang meninggalkan China dan ke mana mereka pindah.